Efek Hipogonadisme pada Kemampuan Seksual Seseorang

Terbit: 30 September 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Kelenjar seks atau sering disebut dengan gonad dimiliki semua orang. Pada pria, kelenjar ini berada di testis sementara pada wanita berada di ovarium. Dua organ ini menghasilkan hormon seks yang bermanfaat untuk pertumbuhan organ dan kematangan seksual dari pria dan wanita sejak masa pubertas.

Gangguan Pada Gonad

Gonad menghasilkan hormon dalam jumlah yang tepat. Kalau hormon yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, kondisi hipogonadisme akan muncul dan menyebabkan beberapa masalah baik untuk tubuh secara umum atau kemampuan seksual dari pasangan.

Gangguan pada gonad akan menyebabkan cukup masalah pada pria. Karena berhubungan langsung dengan hormon seksual, kemungkinan besar akan terjadi gangguan pada kemampuan seks baik pada pria atau wanita. Hal ini tentu memicu gangguan pada fungsi seksual dan juga reproduksi.

Jenis Hipogonadisme

Ada dua jenis hipogonadisme yang bisa dialami oleh pria atau wanita. Keduanya bisa terjadi dan menyebabkan efek yang cukup signifikan.

  1. Hipogonadisme Primer

Hipogonadisme primer ini terjadi saat gonad tidak bisa menghasilkan hormon seks sesuai dengan kebutuhan. Otak sebenarnya sudah memberikan sinyal untuk melakukan produksi. Namun, organ tidak mampu melakukannya meski sinyal yang dikirim otak sudah diterima dengan baik.

  1. Hipogonadisme Pusat

Kalau hipogonadisme jenis primer terjadi karena gonad tidak bisa menghasilkan hormon, jenis pusat ini justru sebaliknya. Otak tidak mampu mengirimkan sinyal pada organ untuk menghasilkan hormon. Padahal gonad tidak mengalami masalah dan bisa berjalan dengan baik.

Penyebab Munculnya Hipogonadisme

Hipogonadisme yang terjadi pada pria dan wanita bisa disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini. Beberapa orang bisa mengalami satu penyebab atau beberapa penyebab muncul bersamaan.

  • Penyakit autoimun seperti penyakit Addison.
  • Penyakit yang menyerang hati dan ginjal.
  • Gangguan pertumbuhan pada testis. Gangguan ini biasanya muncul saat pria memasuki masa pubertas. Akibat kekurangan nutrisi, testis tidak tumbuh dengan sempurna.
  • Penyakit genetik seperti sindrom Turner dan sindrom Klinefelter.
  • Tubuh terlalu banyak menyerap zat besi dari makanan dan minuman sehingga kondisi hemochromatosis.
  • Terkena radiasi secara tidak langsung dalam waktu lama. Radiasi akan merusak beberapa bagian dari organ termasuk di testis dan mengganggu fungsinya dalam memproduksi hormon.
  • Pernah mengalami pembedahan organ seksual. Risiko terjadi kerusakan pada gonad akan sangat besar daripada mereka yang tidak pernah melakukannya.
  • Kerusakan pada testis akibat kanker. Penyakit berbahaya dan mematikan ini akan mengintervensi proses memproduksi hormon.
  • Gangguan genetik seperti sindrom Kallmann.
  • Infeksi yang disebabkan oleh HIV. Sistem kekebalan tubuh yang anjlok membuat banyak organ penting termasuk testis atau mungkin ovarium mudah terinfeksi.
  • Obesitas yang berlebihan dan tidak segera mendapatkan penanganan.
  • Nutrisi yang tidak tercukupi khususnya saat masih kecil.
  • Mengalami pembedahan otak. Otak mengatur semua fungsi pada tubuh. Kalau bagian ini terganggu, fungsi hormon juga bisa anjlok.
  • Tumor di kelenjar pituitary.
  • Inflamasi akibat TBC.
  • Penggunaan obat berbahaya seperti steroid untuk membantu pertumbuhan otot.

Berbagai Gejala Hipogonadisme

Gejala hipogonadisme pada pria dan wanita memiliki perbedaan. Kalau pada pria, gejala yang sering muncul terdiri dari:

  • Rambut mengalami kerontokan yang tidak normal. Pria jadi mengalami kebotakan yang cukup parah.
  • Kehilangan masa otot.
  • Pertumbuhan payudara yang tidak normal atau mengalami gynecomastia.
  • Penis dan testis mengalami gangguan pertumbuhan khususnya saat sedang puber. Pertumbuhan yang tidak sempurna ini membuat pria memiliki testis dan penis dengan ukuran kecil.
  • Pria sering mengalami disfungsi ereksi karena hormon seks yang ada di dalam tubuhnya sangat rendah.
  • Meski terbilang langka dan sering terjadi pada wanita, kondisi ini mungkin terjadi.
  • Gairah seksual sering turun. Kalau terus dibiarkan, pria bisa saja mengalami depresi.
  • Sel sperma tidak bisa dihasilkan dalam jumlah banyak.
  • Mengalami gangguan konsentrasi.

Gejala hipogonadisme pada wanita terdiri dari:

  • Menstruasi sering mengalami gangguan. Wanita kerap tidak mengalami menstruasi selama beberapa bulan.
  • Pertumbuhan payudara cukup rendah.
  • Di beberapa bagian tubuh terasa panas dan membuat wanita jadi mudah berkeringat.
  • Hilangnya gairah seksual. Wanita juga akan mengalami penurunan libido yang cepat dan malas melakukan aktivitas seks jenis apa pun.
  • Hilangnya rambut secara perlahan-lahan. Kebotakan akan cepat muncul dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
  • Keluarnya cairan mirip susu dari payudara. Kondisi ini muncul pada saat wanita tidak sedang menyusui atau baru saja melakukan persalinan.

Efek Hipogonadisme pada Tubuh

Efek dari hipogonadisme cukup besar pada pria dan wanita. Secara umum efek ini menyerang pertumbuhan organ yang didukung oleh hormon seks. Tanda seksual primer dan sekunder dari pria dan wanita tidak akan terlihat dengan sempurna. Selain itu, ada kemungkinan kehidupan seksual pasangan mengalami penurunan.

Seperti terlihat dari gejala di atas, pria akan mengalami penurunan kemampuan ereksi. Penurunan ini membuat pria susah melakukan seks termasuk pembuahan. Pada wanita, kemungkinan pertumbuhan organ seks juga bisa terjadi sehingga peluang kehamilan akan turun.

Hipogonadisme bisa terjadi pada siapa saja dan penyembuhannya cukup sulit. Terapi hormon harus dilakukan untuk mengembalikan kemampuan seksual dan reproduksi dari pria dan juga wanita. Semoga ulasan di atas bisa Anda gunakan sebagai rujukan yang bermanfaat.

Sumber:

  1. Davis, Kathleen. 2017. What you need to know about male hypogonadism. https://www.medicalnewstoday.com/articles/307634.php. (Diakses pada 29 September 2019).
  2. Martel, Janelle. 2018. Hypogonadism. https://www.healthline.com/health/hypogonadism. (Diakses pada 29 September 2019).
  3. Mayo Clinic. Male hypogonadism. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/male-hypogonadism/symptoms-causes/syc-20354881. (Diakses pada 29 September 2019).
  4. La Vignera, Sandro. 2019. Hypogonadism and Sexual Dysfunction in Testicular Tumor Survivors: A Systematic Review. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6513875/. (Diakses pada 29 September 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi