Fluoride adalah mineral yang terdapat di tulang dan gigi. Mineral ini biasanya digunakan untuk memperkuat enamel dan membantu mencegah gigi berlubang. Simak penjelasan lengkap mengenai manfaat hingga efek sampingnya bagi tubuh.
Fluoride atau fluorida adalah mineral yang ditemukan secara alami di tanah, air, dan makanan. Mineral ini juga dapat diproduksi secara sintetis untuk digunakan dalam pasta gigi, obat kumur, air minum, dan berbagai produk kimia lainnya.
Ketika bakteri di mulut memecah gula dan karbohidrat, hal tersebut akan menghasilkan asam yang menggerogoti mineral di enamel. Hilangnya fluorida ini disebut demineralisasi, enamel gigi yang melemah membuat gigi rentan terhadap bakteri penyebab gigi berlubang. Mineral ini bermanfaat bagi gigi karena membantu:
Selain untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, mineral ini juga dapat digunakan untuk:
Meski termasuk senyawa alami, mineral ini dapat menyebabkan efek samping bila dikonsumsi dalam dosis besar. Berikut adalah beberapa kemungkinan dampak negatif yang bisa terjadi, di antaranya:
Kondisi ini bisa terjadi ketika mengonsumsi terlalu banyak fluorida saat gigi masih terbentuk di bawah gusi. Mineral ini menghasilkan bintik-bintik putih di permukaan gigi. Bercak putih muncul tanpa gejala dan tidak berbahaya.
Fluorosis gigi sering kali terjadi pada anak-anak di bawah usia 8 tahun yang belum memiliki gigi permanen. Anda dapat mengurangi risiko anak terkena kondisi ini dengan mengawasinya saat menyikat gigi, hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa anak tidak menelan pasta gigi dalam jumlah besar.
Fluorosis tulang mirip dengan fluorosis gigi, akan tetapi hal ini memengaruhi tulang. Gejala awal termasuk nyeri sendi dan kekakuan. Seiring waktu, kondisi ini dapat mengubah struktur tulang dan menyebabkan pengapuran ligamen.
Gangguan ini sering kali diakibatkan oleh oleh paparan fluorida jangka panjang, misalnya melalui air minum, termasuk kontaminasi yang tidak disengaja dari kebakaran atau ledakan yang mencemari pasokan air.
Dalam beberapa kasus, kelebihan mineral ini dapat merusak kelenjar paratiroid. Hal ini dapat menyebabkan hiperparatiroidisme, suatu kondisi ketika kelenjar paratiroid memproduksi terlalu banyak hormon paratiroid dalam aliran darah.
Hal ini dapat mengakibatkan penipisan kalsium dalam struktur tulang dan konsentrasi kalsium dalam darah yang lebih tinggi dari normal. Konsentrasi kalsium yang lebih rendah pada tulang membuatnya lebih rentan terhadap patah tulang.
Bahaya fluoride berikutnya adalah memengaruhi kemampuan kognitif anak. Hal ini disebabkan akibat paparan mineral ini saat masih di dalam kandungan. Paparan fluorida yang tinggi selama kehamilan dikaitkan dengan skor yang lebih rendah pada tes IQ.
Menurut International Association of Oral Medicine and Toxicology (IAOMT), mineral ini juga dapat berkontribusi pada masalah kesehatan, antara lain:
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa fluoride topikal dari pasta gigi, obat kumur, dan perawatan fluorida berfungsi memperkuat gigi yang sedang tumbuh dan mencegah kerusakan gigi pada orang dewasa.
Selain itu, orang dengan kondisi tertentu mungkin berisiko tinggi mengalami kerusakan gigi dan karenanya akan mendapat manfaat dari mineral ini. Mereka termasuk orang-orang dengan:
Department of Health and Human Services (DHHS) menetapkan tingkat fluorida optimal untuk mencegah kerusakan gigi berada pada 0,7 ppm atau 0,7 miligram dalam setiap liter air. Sementara jika berpedoman pada World Health Organization (WHO) berada pada angka 1,5 ppm.
Di Indonesia, fluorida adalah salah satu zat gizi yang kebutuhannya untuk setiap orang per hari diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.445/Menkes/Per/V/1998 menyebutkan bahwa batas maksimum fluorida dan turunannya dalam sediaan hygiene mulut adalah 0,15 persen.
Sedangkan, peraturan Kepala BPOM No. HK.00.05.42.1018 tahun 2008 tentang Bahan Kosmetik telah menetapkan bahwa jumlah senyawa fluorida yang boleh terkandung dalam pasta gigi tidak boleh dari 0,15% atau 1,5 ppm.