Protein memang baik untuk tubuh, namun kelebihan protein juga bisa menimbulkan akibat yang tidak main-main. Ketahui apa saja dampak negatif dari asupan protein yang terlalu berlebihan beserta informasi mengenai asupan protein harian yang ideal.
Protein adalah salah satu nutrisi yang tubuh perlukan setiap harinya. Zat ini membantu membangun dan memperbaiki otot, organ, dan tulang. Asupan protein ke dalam tubuh juga telah terbukti membantu mengurangi lemak, menurunkan berat badan, dan meningkatkan rasa kenyang.
Kendati demikian, asupan protein yang terlalu tinggi ternyata bukanlah suatu hal yang positif. Beberapa penelitian mengungkapkan jika kadar protein yang melebihi batas ideal dapat berujung pada sejumlah masalah kesehatan, seperti yang dijabarkan berikut ini:
Masalah kesehatan pertama yang kemungkinan besar akan Anda alami manakala kadar protein di dalam tubuh terlalu tinggi adalah diare. Ini utamanya terjadi apabila konsumsi protein dalam jumlah tinggi tidak Anda imbangi dengan asupan serat yang cukup.
Guna mencegah hal ini, konsumsi protein haruslah cukup (tidak kurang, tidak lebih). Selain itu, imbangi juga dengan:
Akibat kelebihan protein yang selanjutnya adalah sembelit alias susah buang air besar (BAB). Pada sebuah penelitian, terungkap jika orang-orang yang mengonsumsi makanan berprotein tinggi—dan sebaliknya membatasi asupan karbohidrat—kerap mengalami sembelit.
Jika hal ini sudah telanjur Anda alami, maka cara mengatasinya selain dengan mengurangi asupan protein itu sendiri adalah dengan meningkatkan asupan air dan serat.
Ketika Anda makan terlalu banyak makanan berprotein seperti dada ayam, milk shake, dan telur, enzim pencernaan tidak dapat mengimbangi semua protein yang masuk tersebut. Alhasil, tubuh akan bereaksi dengan memunculkan gejala berupa mual.
Jadi, jika Anda kerap merasa mual, coba perhatikan lagi diet sehari-hari. Namun, mual juga bisa terjadi karena adanya kondisi kesehatan lain. Segera periksakan diri Anda ke dokter apabila mengalami mual yang intens dan terjadi dalam jangka waktu cukup lama dengan frekuensi yang sering.
Makan protein dalam jumlah besar dapat menyebabkan bau mulut, terutama jika Anda juga membatasi asupan karbohidrat. Dalam sebuah penelitian, terdapat 40 persen orang yang terkonfirmasi memiliki masalah bau mulut. Berdasarkan analisis, diketahui jika orang-orang tersebut memiliki kadar protein yang terbilang tinggi pada tubuhnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Meskipun belum ada keterangan pasti, namun dugaan mengarah pada tubuh yang mengalami ketosis. Aktivitas ini lantas menghasilkan bahan kimia yang mengeluarkan bau tidak sedap.
Menyikat dan membersihkan gigi sayangnya tidak cukup membantu untuk menghilangkan bau tersebut. Hal yang bisa Anda lakukan lebih ke meningkatkan asupan air dan mengunyah permen karet.
Sebuah studi kecil pada tahun 2002 yang melibatkan atlet menemukan bahwa saat asupan protein meningkat, tingkat hidrasi tubuh mengalami penurunan. Namun, studi lainnya yang rilis pada tahun 2006 justru menyimpulkan bahwa mengonsumsi protein dalam jumlah tinggi tidak memiliki dampak signifikan terhadap menurunnya tingkat hidrasi.
Oleh sebab itu, klaim mengenai bahaya atau akibat dari kelebihan protein yang satu ini masih belum bisa dikatakan kuat. Satu hal yang pasti, Anda harus mencukupi kebutuhan cairan setiap hari agar terhindar dari dehidrasi.
Kelebihan protein juga tak pelak dapat memunculkan gejala sakit kepala. Pada orang-orang yang menerapkan diet tinggi protein seperti Atkins dan Paleo, mereka umumnya akan “mengorbankan” asupan karbohidrat.
Nah, hal ini menyebabkan kadar karbohidrat menjadi kurang. Padahal, biar bagaimanapun juga tubuh memerlukan karbohidrat. Rendahnya karbohidrat pada tubuh inilah yang salah satunya menyebabkan sakit kepala.
Diet tinggi protein mungkin dapat membantu menurunkan berat badan, tetapi hal ini kabarnya hanya untuk jangka pendek. Protein dalam tubuh yang berlebih biasanya akan berubah menjadi lemak. Seiring berjalannya waktu, ini justru dapat menyebabkan berat badan naik. Terlebih lagi jika Anda juga mengonsumsi terlalu banyak kalori.
Sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa kenaikan berat badan secara signifikan berkaitan dengan diet protein untuk menggantikan karbohidrat. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku apabila protein berperan untuk menggantikan asupan lemak.
Mengonsumsi daging merah dan makanan olahan susu yang notabene tinggi protein lama-kelamaan dapat memicu penyakit jantung. Hal ini mungkin terkait dengan asupan lemak jenuh dan kolesterol yang terkandung dalam makanan-makanan tersebut.
Menurut sebuah penelitian tahun 2010, makan daging merah dan produk susu tinggi lemak dalam jumlah besar terbukti meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada wanita. Sebaliknya, mengonsumssi unggas, ikan, dan kacang-kacangan malah menurunkan risiko.
Penelitian lainnya pada tahun 2018 juga menunjukkan bahwa konsumsi daging merah dalam jangka panjang dapat meningkatkan trimethylamine N-oxide (TMAO), yakni bahan kimia yang terkait dengan penyakit jantung.
Akibat dari kelebihan protein lainnya yang juga harus Anda waspadai adalah meningkatknya risiko terkena penyakit kanker. Penelitian telah menunjukkan bahwa asupan protein yang terlalu tinggi terkait dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker ini. Jenis kanker yang dimaksud antara lain kanker usus, prostat, dan payudara.
Akan tetapi, hal ini berlaku untuk protein yang berasal dari daging merah. Sementara itu, asupan protein melalui sumber lainnya justru dapat menurunkan risiko kanker. Kendati begitu, tetap saja asupan protein jangan sampai berlebihan.
Meskipun belum ada penelitian besar yang menghubungkan antara asupan protein tinggi dengan kerusakan ginjal pada individu yang sehat, namun kelebihan protein dapat menyebabkan kerusakan pada orang yang sudah mengalami gangguan ginjal. Ini karena adanya nitrogen berlebih dalam asam amino penyusun protein.
Akibat kondisi tersebut, ginjal yang bermasalah harus bekerja lebih keras untuk membuang nitrogen ekstra tersebut beserta produk limbah metabolisme protein. Inilah yang kemudian berpotensi merusak ginjal.
Anda mungkin tidak menyangkanya, tetapi kehilangan kalsium juga merupakan salah satu akibat dari kelebihan protein pada tubuh. Penelitian pada tahun 2013 menemukan bahwa asupan protein yang terlalu tinggi namun rendah karbohidrat berpengaruh terhadap penurunan kadar kalsium hingga berujung pada terganggunya kesehatan tulang.
Sayangnya, hal ini masih belum pasti karena penelitian tersebut masih bersifat terbatas. Perlu adanya penelitian lebih lanjut guna memastikannya.
Menurut Institute of Medicine (IOM), nilai asupan protein harian yang ideal—berdasarkan usia—adalah sebagai berikut:
Bayi dan anak-anak:
Laki-Laki:
Perempuan:
Hamil dan menyusui:
Nilai asupan ini pun masih bisa bertambah, dan dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Besarannya adalah sebagai berikut: