Claustrophobia adalah fobia yang membuat seseorang tidak bisa berada terlalu lama dalam ruangan sempit. Ketahui selengkapnya tentang fobia ini mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, dan cara mengatasinya berikut ini!
Claustrophobia adalah fobia yang dipicu oleh ketakutan irasional dan intens terhadap ruang sempit atau ruang yang penuh sesak. Beberapa pemicu munculnya gejala adalah seperti terkunci di ruangan tanpa jendela, terjebak di lift yang ramai, atau terjebak di jalanan yang macet ketika mengemudi.
Jenis fobia situasional ini merupakan salah satu jenis fobia yang paling umum. Seseorang dengan fobia ini biasanya akan mengalami serangan panik, meskipun kondisi ini bukan merupakan jenis gangguan kepanikan.
Sebagian kasus fobia ruang sempit dapat sembuh dengan sendirinya. Namun dalam kasus yang lebih parah, terapi mungkin akan dibutuhkan untuk mengelola dan mengatasi gejala dari fobia ini.
Kemungkinan penyebab claustrophobia adalah berasal dari faktor lingkungan dan juga faktor genetik maupun fisik.
Penyebab paling umum dari fobia ini adalah faktor lingkungan. Pengalaman atau trauma masa lalu atau masa kanak-kanak dapat menyebabkan seseorang mengasosiasikan ruang kecil atau ruang sempit sebagai ancaman, sehingga mereka merasa panik dan berada dalam bahaya ketika berada di dalamnya.
Pengalaman yang dapat menyebabkan fobia ruang sempit antara lain adalah seperti:
Trauma yang dialami seseorang dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi situasi serupa di masa depan secara rasional, ini dikenal dengan pengondisian klasik.
Pikiran seseorang meyakini adanya hubungan antara ruang sempit dan area terbatas dengan kondisi berbahaya. Tubuh kemudian bereaksi sesuai dengan pikiran tersebut.
Penyebab juga diduga berasal dari faktor genetik atau fisik. Sebuah mutasi gen tunggal yang mengkode protein neuron yang diatur oleh stres dapat menyebabkan fobia ini.
Sebuah teori juga menyatakan bahwa memiliki amigdala yang lebih kecil dapat menyebabkan claustrophobia. Amigdala adalah bagian otak yang mengontrol tubuh dalam memproses rasa takut.
Terdapat beberapa situasi yang dapat memicu gejala fobia ini muncul. Terkadang memikirkan situasi tertentu tanpa adanya paparan langsung juga dapat menjadi pemicu claustrophobia.
Berikut adalah beberapa pemicu claustrophobia paling umum:
Setelah bertemu dengan pemicu claustrophobia, beberapa gejala claustrophobia akan muncul. Gejala yang muncul pada setiap orang dapat berbeda-beda, tergantung pada tingkat keparahan fobia seseorang.
Gejala paling sering muncul dari claustrophobia adalah meliputi:
Ada banyak tes claustrophobia yang tersedia secara online di internet, namun tes ini tidak dapat dijadikan sebagai diagnosis pasti claustrophobia. Apabila Anda merasakan gejala, sebaiknya segera konsultasikan ke psikolog atau psikiater untuk memastikan kondisi Anda. Diagnosis dini dapat membantu Anda mengelola fobia ini dengan lebih baik.
Pemeriksaan akan dimulai dengan wawancara. Psikolog atau psikiater akan bertanya tentang gejala yang Anda alami. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Kuesioner claustrophobia dapat digunakan untuk mengetahui penyebab kecemasan. Sedangkan skala claustrophobia digunakan untuk mengetahui seberapa parah level kecemasan.
Terdapat beberapa kriteria yang harus terpenuhi sebelum seseorang didiagnosis fobia, termasuk:
Pengobatan paling umum untuk fobia ini adalah psikoterapi, Beberapa jenis konseling dapat membantu mengatasi rasa takut dan mengelola pemicu claustrophobia.
Cara mengatasi claustrophobia yang mungkin dilakukan adalah seperti:
Cara mengatasi yang pertama adalah dengan terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT).
Terapis akan mengajarkan Anda cara untuk mengendalikan dan mengubah pikiran negatif yang muncul dalam situasi yang dapat memicu claustrophobia Anda. Dengan belajar mengubah pikiran, Anda akan dapat mengubah reaksi Anda terhadap situasi yang terjadi.
Terapi perilaku emotif rasional atau rational emotive behavioral therapy (REBT) adalah bentuk lain dari CBT.
Terapi ini berorientasi pada aksi yang berfokus pada masa kini. REBT membahas sikap, emosi, dan perilaku yang tidak sehat. Terapi ini menggunakan teknik yang disebut “disputing” untuk membantu seseorang mengembangkan kepercayaan yang realistis dan sehat.
Terapis akan menawarkan teknik relaksasi dan visualisasi yang berbeda ketika Anda berada dalam situasi yang dapat memicu claustrophobia.
Teknik dapat mencakup latihan seperti menghitung mundur dari 10 atau membayangkan ruangan yang lebih nyaman. Teknik-teknik ini efektif mengurangi kepanikan dan menenangkan saraf.
Terapi pemaparan adalah terapi yang umum dilakukan untuk mengatasi berbagai fobia.
Dalam terapi pemaparan untuk fobia ruang sempit, Anda akan ditempatkan pada situasi tidak berbahaya yang dapat memicu claustrophobia, agar Anda dapat menghadapi dan mengatasi ketakutan anda.
Dokter juga terkadang meresepkan obat-obatan seperti antidepresan atau obat antikecemasan untuk membantu Anda mengatasi gejala panik dan gejala fisik lainnya. Obat-obatan biasanya diberikan sebagai tambahan selagi Anda juga menjalani terapi untuk mengatasi fobia.
Banyak orang yang sulit membedakan antara claustrophobia (fobia ruang sempit) dan nyctophobia (fobia gelap). Nyctophobia adalah ketakutan berlebihan terhadap kegelapan atau malam. Gejala yang muncul dari kedua fobia ini dapat sama, namun pemicunya berbeda.
Seseorang yang mengalami fobia ruang sempit akan tetap merasa ketakutan ketika berada dalam ruang sempit, meskipun ruangan tersebut memiliki pencahayaan yang cukup. Sedangkan seseorang dengan nyctophobia akan tetap merasa ketakutan apabila menemukan tempat yang gelap, meskipun di ruang yang luas atau bahkan ruang terbuka.
Ketakutan pada nyctophobia kemungkinan timbul karena seseorang tidak dapat melihat apa yang ada di sekitarnya, sehingga merasa dirinya terancam dan berada dalam bahaya.