Terbit: 23 May 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

DokterSehat.Com – Penyakit HIV adalah penyakit yang menjadi momok menakutkan untuk banyak orang. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menjadi penyebab penyakit HIV ini. Virus HIV ini menyerang kekebalan tubuh seseorang dan menyebabkan tubuh menjadi lemah.

HIV dan AIDS – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Seseorang yang menderita penyakit HIV tidak selalu berarti dia juga menderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Perlu bertahun-tahun untuk pengidap virus ini dapat berkembang menjadi AIDS. HIV/AIDS adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Namun, dengan obat yang tersedia saat ini seperti obat antiretroviral, sangat mungkin untuk seseorang yang mengidap penyakit HIV atau penyakit AIDS ini memiliki hidup normal dengan kualitas hidup optimal.

Penyakit HIV pertama kali timbul di Afrika, Haiti, dan Amerika Serikat pada 1978. Sementara pada 1979 Amerika Serikat melaporkan kasus-kasus infeksi yang jarang terjadi. Namun, pada saat itu para ilmuwan belum paham bahwa infeksi-infeksi langka itu didasari oleh suatu penyakit yang disebut AIDS. Menurut Ditjen PPM dan PL Depkes RI, statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia secara kumulatif sejak 1987 sampai 2010 berjumlah 20.564 orang dengan data orang meninggal dunia sebesar 3.936 orang.

Penyebab Penyakit HIV / AIDS

Penyebab HIV adalah virus jenis retrovirus yang menyebabkan sindrom defisiensi imun yang didapat (AIDS). Virus HIV yang menjadi penyebab HIV/AIDS adalah virus yang mampu melemahkan kemampuan seseorang untuk melawan infeksi dan kanker.

Ada 2 tipe virus HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih ganas daripada HIV-2. Masing-masing ketegangan menyerang di daerah geografis yang berbeda namun gejala yang ditampilkan memang sama. Orang dengan virus HIV yang dikatakan memiliki AIDS ketika mereka terdapat infeksi atau kanker tertentu atau ketika jumlah CD4 (sel T) dalam tubuh kurang dari 200. Jumlah CD4 ditentukan oleh tes darah di laboratorium.

Penularan HIV / AIDS

Setelah Anda sudah mengetahui penyebab penyakit HIV/AIDS, Anda juga perlu tahu bagaimana penularan HIV. Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui hubungan seksual atau melalui transmisi antar jarum suntik yang umumnya dilakukan para pengguna narkoba hingga dari plasenta ibu pada janinnya.

Apakah bersentuhan kulit dengan penderita akan menularkan HIV/AIDS. Jawabannya adalah tidak. Maka dari itu, menjauhi pasien dengan gejala HIV seperti tidak mau berjabat tangan adalah sesuatu yang tidak perlu dilakukan.

Penyakit AIDS

Setelah Anda mengetahui penyakit HIV, hal lanjutan yang juga harus Anda ketahui adalah penyakit AIDS. AIDS adalah tahap yang lebih maju dari infeksi HIV. Ketika sel-sel CD4 yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh turun ke tingkat yang sangat rendah sehingga kemampuan seseorang untuk melawan infeksi menjadi hilang.

Terdapat beberapa kondisi yang terjadi pada orang dengan infeksi HIV memiliki gejala adanya kegagalan sistem kekebalan tubuh yang seperti penyakit AIDS. Lantas, siapa yang harus menjalani tes HIV?

Orang yang dianggap berisiko tinggi untuk terpapar virus HIV, misalnya pengguna narkoba jarum suntik dan pasangan seks lebih dari satu hingga wanita yang sedang hamil. Siapapun yang telah terpapar jarum suntik atau paparan darah yang signifikan dari orang diketahui memiliki HIV atau dari sumber yang tidak dikenal harus diuji juga.

Pada penyakit HIV ada yang disebut dengan ‘window period’ atau periode jendela, yaitu ketika seseorang baru terinfeksi HIV. Gejala HIV tersebut sangat samar atau malah belum muncul.

Bahkan, ketika sebenarnya penyakit ini sudah ada dalam dirinya, namun ketika dites laboratorium, darahnya memberikan hasil yang negatif. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena virus HIV belum cukup kuat dan besar jumlahnya untuk menampakkan dirinya sebagai positif.

Justru hal ini yang berbahaya, dan bila seseorang tersebut memang berisiko, disarankan sebaiknya memeriksakan lagi status HIV-nya 6 bulan selanjutnya sambil menunggu periode jendela selesai.

Gejala HIV / AIDS

Beberapa orang mendapatkan gejala HIV seperti flu dalam waktu satu bulan setelah terinfeksi. Gejala ini biasanya hilang dalam seminggu sampai satu bulan. Seseorang dapat memiliki penyakit HIV selama bertahun-tahun sebelum merasa sakit dan tampak seperti orang sehat pada umumnya, tanpa menujukkan gejala HIV yang terlalu jelas.

Selama penyakit berlangsung, orang bisa mengalami infeksi jamur di lidah dan pada perempuan bisa dengan mudah terkena infeksi jamur vagina berat atau penyakit radang panggul. Herpes zoster sering terlihat sejak awal, sering sebelum seseorang didiagnosis dengan penyakit HIV.

Tanda-tanda bahwa penyakit HIV berubah menjadi AIDS meliputi:

  • Demam yang tidak kunjung sembuh.
  • Keringat malam.
  • Merasa lelah sepanjang waktu (bukan dari stres atau kurang tidur).
  • Merasa sakit sepanjang waktu.
  • Kehilangan berat badan drastis.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening  yang seperti benjolan bulat di leher, pangkal paha, atau ketiak).
  • Sariawan yang tidak kunjung sembuh.

Infeksi khas yang jarang terjadi pada orang sehat namun dapat terjadi pada pengidap AIDS:

  • Sarkoma kaposi, tumor kulit yang terlihat seperti bercak gelap atau ungu pada kulit atau di dalam mulut.
  • Perubahan mental dan sakit kepala yang disebabkan oleh infeksi jamur atau tumor di otak dan sumsum tulang belakang.
  • Sesak napas dan kesulitan bernapas karena infeksi paru-paru.
  • Demensia.
  • Gizi buruk.
  • Diare kronis.

Diagnosis HIV

Apabila hasil skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV, maka pasien perlu menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium.

Salah satu tes itu adalah hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan seseorang terserang AIDS.

Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

Sementara itu, guna memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV seperti:

  • Tes antigen

Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi.

  • Tes antibodi

Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

Pengobatan HIV/AIDS

Pengobatan HIV/AIDS diharapkan mampu menolong penderita HIV. Sayangnya, hingga kini belum ada obatnya untuk menyembuhkan penyakit HIV/AIDS secara total. Namun, dengan pengobatan HIV/AIDS yang ada sekarang, maka penyebaran dan pertumbuhan penyakit ini dalam tubuh dapat ditekan dan diperlambat dengan obat antiretroviral (ARV).

Tanpa pengobatan, hampir semua orang dengan HIV akan jatuh ke dalam kondisi AIDS. Ketika seseorang menemukan bahwa dirinya mengidap penyakit HIV, kemungkinan orang tersebut tidak mulai memutuskan untuk mengonsumsi obat segera padahal pengobatan HIV/AIDS harus dimulai sesegera mungkin.

Keputusan untuk memulai antiretroviral dilihat riwayat medis masa lalu seseorang, lamanya waktu mereka telah terinfeksi, jumlah sel-T CD4, dan kondisi kesehatan saat ini, serta komitmen untuk mematuhi prosedur meminum obat untuk menekan perkembangan virus penyebab HIV/AIDS dalam tubuhnya.

Kepatuhan pasien sangatlah penting mengingat pengobatan HIV/AIDS dengan ARV ini diminum seumur hidup dan sekalinya tidak patuh, maka ditakutkan akan timbul suatu reaksi resistensi atau kebalnya virus terhadap obat ARV sementara untuk menemukan obat ini membutuhkan penelitian bertahun-tahun lamanya.

Saat ini para ilmuwan tengah meneliti dan mengembangkan vaksin HIV. Dua jenis utama dari vaksin HIV yang saat ini sedang diteliti adalah vaksin untuk pencegahan dan terapi. Dengan adanya vaksin, infeksi virus HIV sebagai penyebab HIV/AIDS diharapkan bisa ditekan.

Dengan mengonsumsi ARV, seorang ibu pengidap HIV yang sedang hamil tidak akan menularkan kepada bayi yang dikandungnya. Namun, sebaiknya, pengidap HIV perlu berkonsultasi khusus kepada dokter untuk merencanakan persalinan sampai dengan metode yang tepat untuk melahirkan dan memberikan ASI lantaran virus penyebab HIV/AIDS ada di dalam tubuhnya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi