Terbit: 22 January 2020 | Diperbarui: 27 January 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Sindrom Asperger adalah salah satu dari kelompok gangguan neurologis yang dikenal sebagai gangguan spektrum autisme. Sindrom Asperger ditandai dengan kesulitan melakukan interaksi sosial, melakukan perilaku berulang, atau minat yang terbatas. Kondisi ini memengaruhi antara 0,03 hingga 4,84 pada setiap 1.000 orang dan empat kali lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Sindrom Asperger: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyebab Sindrom Asperger

Hingga kini penyebab pasti sindrom Asperger belum diketahui dengan pasti, namun sindrom Asperger adalah kondisi yang dapat terjadi akibat kombinasi faktor genetik dan lingkungan yang menyebabkan perubahan perkembangan otak.

Pada beberapa kasus, sindrom ini ditemukan turun temurun di dalam keluarga. Abnormalitas otak mungkin terkait dengan kondisi ini. Teknologi pencitraan otak canggih telah mengidentifikasi perbedaan struktural dan fungsional di wilayah otak tertentu di antara orang dengan sindrom Asperger.

Gejala Sindrom Asperger

Pada dasarnya ciri-ciri sindrom Asperger sangat bervariasi. Tanda-tanda awal sindrom ini dapat muncul pada tahun pertama kehidupan seperti keterampilan motorik yang tidak terkoordinasi—yang mengarah pada kecanggungan. Beberapa gejala lainnya adalah:

  • Aktivitas yang Terbatas dan Berulang

Penderita akan fokus pada satu objek atau topik dan mengesampingkan semua kondisi diluar minatnya. Aktivitas yang biasa dilakukan biasanya melibatkan pengumpulan atau penomoran.

  • Kemampuan Bicara yang Berbeda

Sindrom Asperger bisa memengaruhi ritme dan intonasi suara. Biasanya, gaya berbicaranya terdengar datar, monoton, lambat atau cepat, serta dengan volume yang tidak sesuai.

  • Rutinitas yang Sama

Seseorang dengan sindrom ini cenderung memiliki aturan dan kebiasaan yang dipertahankan untuk mengurangi kebingungan. Perubahan dalam rutinitas kadang-kadang dapat menyebabkan kesal atau gelisah.

  • Menurunnya Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial yang buruk dan kecenderungan untuk berbicara hanya tentang minatnya dapat mengarah pada isolasi sosial.

  • Gangguan Motorik

Sindrom Asperger adalah kondisi yang bisa membuat keterlambatan dalam perkembangan motorik. Kondisi ini membuat seseorang sulit untuk melakukan sejumlah aktivitas. Ciri-ciri sindrom Asperger terlihat dari kondisi tubuh yang kaku atau mudah goyang.

  • Tidak Mengenali Gaya Bicara

Seseorang dengan sindrom ini mungkin merasa sulit untuk mengetahui seberapa dekat dengan orang lain saat berbicara.

  • Cara Pandang

Lelucon, sarkasme, dan ironi dapat menyebabkan frustasi dan kebingungan pada seseorang yang menderita sindrom ini. Penderita mungkin memiliki interpretasi dunia yang sangat harfiah. Selain itu, kondisi lain yang bisa dialami oleh seseorang dengan sindrom ini adalah ketidakmampuan untuk berimajinasi.

Beberapa gejala di atas umumnya terjadi pada awal masa dewasa dan sering kali tidak dikenali sampai tuntutan lingkungan meningkat. Seseorang dengan sindrom Asperger biasanya terampil dalam matematika, ilmu komputer, dan musik.

Hal lainnya yang juga harus Anda tahu adalah kadang-kadang sindrom ini memiliki kondisi yang terkait dengan kondisi kejiwaan lainnya. Beberapa kondisi umum yang terkait dengan kondisi (tetapi tidak tidak selalu ada), antara lain:

  • Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
  • Gangguan kecemasan.
  • Gangguan sikap menentang.
  • Depresi atau gangguan mood lainnya.

Diagnosis Sindrom Asperger

Tidak ada tes tunggal yang dapat memberi tahu diagnosis yang tepat mengenai sindrom ini. Dalam banyak kasus, orang tua melaporkan keterlambatan perkembangan dan perilaku. Dokter dapat menilai anak di bidang-bidang utama, seperti:

  • Perkembangan bahasa.
  • Interaksi sosial.
  • Ekspresi wajah saat berbicara.
  • Minat berinteraksi dengan orang lain.
  • Sikap terhadap perubahan.
  • Koordinasi dan keterampilan motorik.

Karena tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis sindrom ini, banyak pasien salah diagnosis dengan masalah kesehatan lainnya, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Jika ini terjadi, anak Anda mungkin perlu dievaluasi lagi untuk menentukan diagnosis yang benar.

 

Komplikasi Sindrom Asperger

Seperti yang disebutkan sebelumnya, sindrom Asperger dapat hidup berdampingan dengan kondisi kejiwaan lainnya seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan kecemasan.

Bahkan ketika gangguan kecemasan tidak ada, seseorang dengan sindrom ini mungkin menderita kecemasan atau hipersensitif terhadap rangsangan tertentu seperti suara keras. Dalam beberapa kasus, perilaku mengganggu (amarah, cedera diri, dan agresi) atau depresi dapat terjadi sebagai respons terhadap kecemasan dan frustrasi yang dialami oleh penderita.

Perilaku lain yang telah dilaporkan terkait dengan sindrom ini termasuk perilaku obsesif-kompulsif dan kesulitan mengatur rasa marah. Seperti halnya kondisi apapun, tingkat keparahan gejala dapat bervariasi di antara individu, dan tidak semua orang dengan sindrom ini akan mengalami gangguan kejiwaan, depresi, atau perilaku mengganggu yang terkait.

Pengobatan Sindrom Asperger

Bagaimana cara mengatasi sindrom Asperger? Pada dasarnya tidak ada obat untuk mengobati kondisi ini. Perawatan sindrom Asperger hanya mengurangi gejala gangguan dan membantu seseorang memaksimalkan potensi yang dimiliki. Perawatan sering kali didasarkan pada gejala spesifik yang muncul.

Berikut ini adalah obat-obatan yang sering digunakan untuk mengobati gejala, antara lain:

  • Aripiprazole untuk mengurangi iritabilitas.
  • Guanfacine, olanzapine, dan naltrexone untuk mengurangi hiperaktif.
  • Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) untuk mengurangi perilaku berulang.
  • Risperidone untuk mengurangi agitasi dan insomnia.

Setiap anak memiliki kondisi yang berbeda, hal itu menjadikannya tidak ada satu pendekatan khusus untuk semua. Perawatan sindrom Asperger lain yang bisa digunakan selain obat adalah:

1. Pelatihan Keterampilan Sosial

Pelatihan bisa dilakukan secara berkelompok atau sendiri-sendiri. Terapis akan mengajarkan anak mengenai cara berinteraksi dengan orang lain dan mengekspresikan diri dengan cara yang lebih tepat.

2. Terapi Bahasa

Terapi ini membantu meningkatkan keterampilan komunikasi anak. Sebagai contoh, seorang anak akan belajar bagaimana menggunakan pola naik-turun yang normal ketika berbicara daripada menggunakan nada datar. Selain itu, terapis juga mengajari anak tentang bagaimana menjaga percakapan dua arah dan memahami isyarat sosial seperti gerakan tangan dan kontak mata.

3. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)

Terapi ini membantu anak untuk mengubah cara berpikirnya, sehingga ia dapat lebih mengontrol emosinya dan perilaku yang berulang-ulang. Pada akhirnya, seorang anak akan bisa menangani hal-hal seperti kemarahan, frustasi, dan obsesi.

4. Analisis Perilaku Terapan

Ini adalah teknik yang mendorong keterampilan sosial, komunikasi yang positif pada anak, dan mencegah perilaku khas sindrom Asperger. Terapis akan menggunakan pujian atau ‘penguatan positif’ lainnya untuk mendapatkan hasil.

Pada akhirnya, perawatan sindrom ini tidak hanya diberikan pada anak. Orang tua juga akan belajar banyak teknik yang sama dengan yang diajarkan pada anak, sehingga bisa mengerjakan keterampilan sosial bersamanya di rumah. Secara umum, ketika dukungan sosial, perilaku, dan pendidikan diberikan sesuai kebutuhan, seseorang dengan sindrom ini dapat menjalani kehidupan yang bahagia dan produktif.

 

  1. Anonim. Asperger’s Syndrome. https://www.webmd.com/brain/autism/mental-health-aspergers-syndrome#1. (Diakses pada 22 Januari 2020).
  2. Burke, Darla. 2019. Asperger’s Syndrome. https://www.healthline.com/health/asperger-syndrome. (Diakses pada 22 Januari 2020).
  3. Felman, Adam. 2017. What to know about Asperger’s syndrome. https://www.medicalnewstoday.com/articles/7601.php. (Diakses pada 22 Januari 2020).
  4. Stöppler, Melissa Conrad, MD. Asperger’s Syndrome (Asperger Syndrome, Asperger Disorder). https://www.medicinenet.com/asperger_syndrome/article.htm. (Diakses pada 22 Januari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi